Sejarah

SEKAPUR SIRIH KERAJAAN KAMPAR

Sebelum berdiri Kerajaan Kampar pada tahun 1505 – 1511 daerah Kampar dan sekitarnya berada dibawah penguasa Imperium Besar Kerajaan Malaka, sebagai mana yang tercatat dalam sejarah bahwa Kampar memiliki keistimewaan.

Mulai dari letak geografis nya yang bagus, sumber daya alam yang berlimpah dan memiliki tanah yang sangat subur. Banyak ahli sejarah menilai bahwa peradaban yang ada di Kampar merupakan peradaban kuno yang diperkirakan jauh sebelum masehi. Ada istilah didalam adat Kampar mengenai kedudukan adat yakni Soko, Pisoko dan Lembago.

Soko yang dimaksud adalah Tetua adat yang menjadi pucuk atau pemimpin adat (disebut guru / pembuat aturan adat istiadat) sedangkan

Pisoko adalah Tetua adat yang menjadi pucuk atau pimpinan didalam suku dan wilayah (yang menjalankan peraturan adat istiadat), dan

Lembago adalah pemimpin untuk negeri atau sama dengan Raja / Sultan. Daerah Kampar merupakan Pewaris Kesultanan Malaka, oleh karena itu Raja-Raja/Sultan Kerajaan Kampar ditunjuk dan di angkat oleh Raja Malaka. Tamasik pada masa Kerajaan Johor, Gasib, Siak, Pekan Tua (Pelalawan), Gunung Sahilan di Kampar Kiri.

SEKILAS KISAH HIKAYAT KERAJAAN KAMPAR

Bermulanya Kerajaan Kampar diawali pada tahun 1505-1511 M dimasa kepemimpinan Raja Munawar Syah anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah yang memimpin Kerajaan Malaka. Sultan Alauddin Riayat Syah merupakan anak dari Sultan Mansyur Syah yang memimpin Kerajaan Malaka pada tahun 1477-1488 M. Kerajaan Kampar berada dibawah naungan imperium besar Kerajaan Malaka. Sultan Alauddin Riayat Syah menunjuk anaknya Raja Munawar Syah untuk menjadi Raja di Kampar. Raja Munawar Syah adalah Raja Pertama di
Kampar. Dalam kepemimpinan Raja Munawar Syah, Kerajaan Kampar berkembang pesat dari hasil kekayaan alam yaitu emas, biji-bijian, gaharu, lilin. Dari hasil kekayaan alam inilah yang digunakan oleh Raja Munawar Syah untuk menjalankan roda kerajaan.

Kepemimpinan dari Raja Munawar Syah ini berakhir di tahun ± 1511 M, lalu di gantikan oleh anaknya yang bernama Raja Abdullah,15 Agustus 1511 Raja Abdullah di nobatkan oleh Raja Malaka. Dimasa kepemimpinan Raja Abdullah Kampar semakin maju dan berkembang karena beliau mengikuti jejak ayahnya yang begitu mahir dalam ilmu perdagangan, hingga muncul kecemburuan dari berbagai pihak untuk menduduki Kampar.Namun Raja Abdullah begitu kuat dan kokoh dalam pertahanannya, namun manusia ada masa silaf dan kelemahannya.

Kesalah pahaman dengan Paman, abang dari ayah nya, Sultan Mahmudsyah I sehingga beliau tidak bertahan lama, hanya 4 tahun saja hingga diganti oleh Sultan Mahmud Syah I memegang dua kepemimpinan Malaka, Kampar pada tahun 1515, berakhir kepemimpinan Raja Abdullah dikarenakan Kampar bekerja sama dengan Portugis dan tak mau mengikuti saran dari pada Sultan Mahmud Syah I di Malaka, hingga Raja Abdullah dibuang oleh Portugis ke Goa Kampar sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan selama 10 tahun. Tidak ada Raja/Sultan pada masa itu dari tahun 1526-1528,Sultan Mahmud Syah I menjadi Sultan Kampar yang ke3. 

Didalam kepemimpinan beliau di Kampar banyak terjadi pertikaian, perlawanan terhadap Portugis hingga membuat beliau memutuskan untuk kembali ke Malaka. Beliau hanya bertahan di Kampar ± 2 tahun untuk menunjuk ajarkan ke anak beliau Raja Ali dengan gelar ( Sultan Alauddin Riaayat Syah II 1528-1530) namun beliau tak dapat meneruskan cita-cita Ayahnda Beliau Sultan Mahmud Syah I, namun beliau terpengaruh Portugis, hingga mengikuti jejak Abdullah yang bersekutu dengan Portugis. 

Dimasa Sultan Alauddin Riayat Syah II malah menguntungkan Pihak Portugis hingga Ayahndanya semakin terpuruk di Melaka, pada akhirnya Sultan Alauddin Riayat Syah II ditahan di Aceh karena Malaka dapat ditaklukkan oleh Aceh, atas balas dendam Kampar yang telah menghancurkan Armada Aceh. Sultan Mahmud Syah I kembali ke Kampar bersama Istrinya Raja Fatimah. Selama berada di Kampar istri / Permaisuri Raja Fatimah Wafat di Koto Tinggi Kampar, berselang tidak terlalu lama disusul oleh Sultan Mahmud Syah I, wafat 1530, dikarenakan Said Ali Alaudin Riaayat Syah II sudah bertobat dan kembali ke Kampar berziarah kemakam Ayahndanya di Koto Tinggi Kampar, 

beliau melanjutkan perjuangan cita-cita Ayahndanya dimulai dari pada Johor Baru, beliaupun menikah dengan anak Sultan Pahang dan mendapat dukungan daripada Kerajaan Temasek, Kerajaan Kampar dilanjutkan kepada Raja Muda Tun Perkasa 1530-1551 M. Dimasa Raja Muda Kampar dalam keadaan damai-damai saja ± 21 Tahun, walaupun beliau bukan daripada darah Sultan namun beliau adalah keturunan Datuok-datuok yang berjasa dan dengan senang hati memberi peluang kepada yang lain untuk menjadi pemimpin, berakhir dengan ayat dan wafat 1551 digantikan oleh anak Tun Itam 1551-1575.

Dimasa Tun Itam memimpin ± 24 tahun banyak dari zaman ini terpecah belah antara suku, masyarakat, rakyat banyak yang resah, negeri masih makmur namun Raja Tun Itam banyak memperistrikan anak gadis yang cantik-cantik untuk memuaskan hawanafsu sehingga masyarakat Kampar banyak yang hijrah ke berbagai daerah Kampar Kiri, Gasib, Pelalawan dll, dan beliau wafat pada tahun 1575 M lalu digantikan oleh anaknya yang bernama Tun Meggat (1575-1590 M).
Masa kepemimpinan beliau ± 15 tahun. Kebiasaan buruk ayahandanya mulai membaik dikarenakan beliau dalam kepemimpinannya lebih santun/lembut karena beliau banyak mempelajari ilmu agama, dan beliau wafat pada tahun 1590 M dan digantikan oleh Raja Abdurrahman dengan gelar Maha Raja Dinda (1590-1630M).

Dimasa beliau ± 20 tahun memimpin negeri Kampar dan hubungan dengan Rajaraja semenanjung berjalan lancar, hubungan persaudaraan ini terjalin dengan baik walaupun pengaruh Belanda semakin gencar, namun kesemua itu hanya hubungan perdagangan, pertahanan kekokohan. Pertahanan keamanan negeri terjaga dengan baik hingga bertahan begitu lama sampai 100 tahun. Kepemimpinan Maha Raja Dinda berakhir dan beliau wafat tahun 1630 M digantikan oleh Maha Raja Lela Utama (1630-1650 M). Dimasa Raja Lela
Utamakerajaan masih tetap berjalan dengan damai sehingga banyak para Raja Semenanjung mencontoh peradaban kerajaan Kampar yang begitu santun, tutur bahasa budaya yang kental dengan ninik mamak datuok-datuok yang berpaham ibu.

Yang namanya ibu tentulah kita semua tahu kasih sayang ibu tiada terbilang sehingga Rasulullah SAW menyatakan dalam hadits “Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu”, ketika parasahabat bertanya kepada Rasulullah “Siapakah yang pertama kali kita hormati ya Rasulullah?”, “Ibu mu…..,Ibu mu…..,Ibu mu……,”, barulah Rasulullah mengatakan “Ayah mu, keluarga mu, anak dan istri mu, guru mu dan kaum muslimin dan muslimat”. Pada masa beliau tak terasa waktu berakhir, beliau pun berakhir dan wafat pada tahun 1650 M. Diteruskan Maha Raja Lela bangsawan (1650-1675 M), di masa kepemimpinan beliau berjalan 25tahun lamanya, semua itu berakhir dengan ayat beliau wafat 1675 M dan digantikan oleh Maha Raja Lela hanya bertahan ± 11 tahun, dimasa roda pemerintahan Maha Raja Lela masih bertahan dalam adat dan budaya dan juga masih terjalin hubungan baik, silaturahim semakin erat, puji-pujian semakin tersanjung menjulang ke langit.

Para Datuok-Datuok dan rakyat bisa tersenyum bersama dengan anak-anak kemenakan. Semua bisa tersenyum tanpa ada beban dan sangat bersyukur kepada Allah SWT, begitu besar nikmat Allah yang patut disyukuri namun hidup sudah ditentukan oleh Allah SWT sampai waktunya beliau dipanggil Allah SWT, wafat pada tahun 1686 M. Kemudian diganti oleh Maha Raja Wangsa Jaya (1686-1691 M).
Di masa kepemimpinan Maha Raja Wangsa Jaya, Kerajaan Kampar mendapat restu dari Ibu Negeri (Bundo Kanduong) dan Datuok-Datuok bisa tertawa dan hidup serba berkecukupan hingga negeri begitu banyak mendapat pujian dari berbagai pihak diseluruh negeri semenanjung Malaya baik dalam semenanjung maupun manca negara (Dunia), ternyata anak ngeri kita sendiri mampu untuk memimpin negeri, maka Maha Raja Wangsa Jaya mendapat gelar Jayo (Berjaya/Jaya), dari kemakmuran tiada terbilang, ini semua berakhir beliau wafat
1691 M dan digantikan oleh Maha Raja Muda Lela (1691-1720 M).
Dimasa kepemimpinan beliau disini terjadi kemunduran didalam ekonomi, terjadi pengaruh alam dan manusia sedikit muncul sifat kesombongan, hingga beliau memikirkan memperluas wilayah kerajaan dan atas dasar pemikiran beliau untuk memindahkan Kerajaan Kampar ke Pelalawan agar dapat berhubungan dekat raja-raja semenanjung.
Akibat atas pemindahan pusat kerajaan sehingga negeri kampar terjadi kekosongan kepemimpinan Raja walaupun beliau masih berkiprah di kampar namun sebagian dari datuok-datuok dan rakyat merasa kecewa terjadinya pemindahan pusat kerajaan di Pelalawan. Namun semua itu sudah terjadi Kerajaan Pelalawan terus berlanjut dan para Datuok-datuok serba salah, ditelan mati emak, tidak ditelan mati bapak. Kekosongan terjadi cukup lama ± 40 tahun.

SILSILAH KERAJAAN KAMPAR
1. RAJA MUNAWARSYAH Periode 1505 – 1511 M
2. RAJA ABDULLAH Periode 1511 – 1515 M
3. SULTAN MAHMUD SYAH I ( MARHUM KAMPAR ) Periode 1526 – 1528 M
4. RAJA ALI ( SULTAN AWALUDDIN RIAYAT SYAH ) Periode 1528 – 1530 M
5. RAJA MUDA TUN PERKASA Periode 1530 – 1551 M
6. TUN ITAM Periode 1551 – 1575 M
7. TUN MEGGAT Periode 1575 – 1590 M
8. RAJA ABDUL RAHMAN ( MAHA RAJA DINDA ) Periode 1590 – 1630 M
9. MAHA RAJA LELA UTAMA Periode 1630 – 1650 M
10. MAHA RAJA LELA BANGSAWAN Periode 1650 – 1675 M
11. MAHA RAJA LELA Periode 1675 – 1686 M
12. MAHA RAJA WANGSA JAYA Periode 1686 – 1691 M
13. MAHA RAJA LELA Periode 1691 – 1720 M

Logo Diradja Air Tiris